Buscar

Páginas

How Sweet It is First

God. I do not know how I start first. But this is the first I am being close to Rumintang. Maybe it is something that yeah embarassing and if possible I won’t to remember. But in the back of this story, there is a sweet memory. Is that sweet like honey ? hahaha may it is too extreme, but you can say something like that.

Don’t ask how it was begun, exactly Rumintang and I were not close. Although we were at same class it did not mean that we were close like everyone in common. Yah it was condition before how we are at this time.

That time, I did not care about Rumintang, even I did not realize that Rumintang was also in my class. After I knew, I also needed more time to remember her name. She could be really said a silent girl in class, I thought. Because less of spoken in class made me did not realize her presence.

It was begun when we got the same group in one of university subjects. If  I am not wrong, we were still in second semester. I felt doubt, confused, who was Rumintang ? she was in my class ? you know which the stupid one ? I asked to someone “who is Rumintang?” and someone who I asked was Rumintang. Her expression looked like she unliked with me, not I had negative thinking to her, but it was the fact.

We did our task in her boarding house,  honestly I felt awkward, because the moment that happened previous beetwen us. When we were on discussion, I thought Rumintang and me just talked  that was able to be counted  using our fingers.
I thought, what was I  had planted “ I don’t care” to my group friend or  she was really quiet person and or she did not like me.

I did not want to think about that, my thinking was how this task was finished as fast as possible and would be presented. After that, we would be back like there was no convertation beetween us.

I am a person who loves foods. That time, I asked one of the members in our group to accompany me to small shop to buy some snacks. I hoped to everyone except Rumintang. But what I got ? Rumintang said would do it for me and it made me shocked in the same time. I tried to thanks about that but in my heart.... uhhh.....
The small shop which we wanted to visit was not close with our location. If I could be honest, we were not talking even one word. She was like have her own world, I comment.

Just the sounds of motorcycle or cars which passed, and would disappear after its distance from our exitence.
Until such time...”aaaaaaa” really, I was shocked. Not beacuse of the motorcycle, but a voice making me shocked. I saw Rumintang and then gawk like a fool. Rumintang said “shit words” while the motorchycle had been away. She was like telling a fairy tale which makes people fear death and horror. Oh god. How could this be ? I was in shock as want to run from this fact.
I felt Rumintang would kill me cause I saw her character that time. I could not imagine how her feel when our first bad moment.
We were back to keep silent but not long time, she asked “are you ok?”
I replied nerveously.I guessed she unerstood how my expression. But what I saw? She smiled then talked about everything without caring the acctident just happened. I thought, what was she multilpe ?

Not much thought about that, I just thought Rumintang was not like I guessed. In fact, she was more talkactive than my own.

Sometimes people have mainset that already got systematic without knowing the truth. It is what i experienced. I have thought how Rumintang’s characters without knowing her. Because this embarassing moment that I have done making me to know Rumintang more.

How sweet it is first

God. Aku tak tau memulai dari mana. Tapi ini lah awal mula aku berteman dekat dengan Rumintang. Mungkin ini sesuatu yang memalukan dan jika bisa aku tak ingin mengingatnya. Tapi di balik cerita ini, ada kenangan manis dibalik cerita kami.  Apa kah semanis madu ? Hahaha Mungkin itu terlalu berlebihan, tapi bisa dibilang begitu.

Jangan bertanya soal awal mulanya, yang pasti saat  itu aku dan Rumintang tidak lah dekat. Meski kami berada dikelas yang sama bukan berarti kami benar-benar dekat seperti kebanyakan. Yah itu sebelum kondisi bagaimana kami saat ini.
Saat itu aku tidak perduli dengan Rumintang, mungkin bisa dikatakan aku tidak menyadari bahwa dia sekelas dengan ku. Bahkan aku butuh waktu cukup lama untuk mengingat namanya. Dia bisa dibilang orang yang sangat sangat pendiam dikelas, menurut ku. Karna kurang banyak nya ia bicara di kelas membuat ku tak menyadari keberadaan nya.

Itu bermula saat kami mendapat kelompok yang sama disalah satu mata pelajaran perkuliahan. Jika tidak salah, saat itu kami masih awal semester dua. Aku kebingungan, siapa Rumintang?  Orang nya yang mana ? Aku bertanya - tanya pada teman teman yang lain dikelas ku. Kalian tau apa bagian bodohnya?  Aku bertanya pada seseorang "Rumintang yang mana ?" Dan orang yang ku tanyai adalah Rumintang. Ekspresi  nya terlihat tidak suka dengan ku, bukan karena aku negative thinking terhadap nya, tapi memang nyatanya begitu. Karena kecanggungan yang terjadi saat itu, saat kami mengerjakan tugas kelompok di kosnya, jujur aku benar-benar merasa canggung. Ketika dalam berdiskusi, pembicaraan kami bisa dihitung dalam hitungan jari. Aku berpikir,  apakah kah aku sudah menanam rasa tidak perduli terhadap teman sekelompok ku itu atau dia yang benar pendiam dan mungkin tidak menyukai ku. Aku tak mau banyak berfikir soal itu, yang kupikir kan adalah bagaimana tugas ini cepat selesai dan dipersentasekan. Setelah itu akan kembali seperti semula, tak ada percakapan antara kami.

Aku memang bisa dibilang orang yang suka ngemil, jadi aku meminta salah satu dari kelompok ku untuk menemani ku ke kedai. Aku berharap kepada semua nya kecuali Rumintang. Tapi apa yang ku dapat?  Dia yang mengajukan diri. Terasa seperti mendapat kan shock yang berkala, aku mencoba berterima kasih akan hal itu. Kedai yang kami tuju memang agak jauh. Jika boleh jujur,  kami tak bicara satu kata pun. Jika dikomentari, dia seperti memiliki dunia sendiri.  Aku sempat memikirkan jika ia sedang berpikir tentang ku dan mungkin akan membalas dendam soal aku tidak mengingat siapa dia.

Suara laluan motor maupun mobil yang hanya terdengar, dan akan hilang setelah kejauhan nya dari keberadaan kami. Sampai suatu saat ada sebuah motor yang melaju kencang.

"Aaaaaaa"

Sungguh aku kaget setengah mati. Bukan karena motor tersebut,  tapi sebuah teriakan yang membuat ku kaget.
Aku melihat Rumintang yang disamping ku, kemudian melongo seperti orang bodoh.
Rumintang berkata kata menyumpahi pembawa motor yang telah menjauh tersebut. Dia seperti menceritakan sebuah  dongeng kematian  mana membuat orang ketakutan dan ngeri.

Oh god. Bagaimana bisa seperti ini?

Aku shock seperti ingin lari dari fakta ini. Aku merasa Rumintang akan membunuh ku karena aku melihat karakter nya saat ini.  Aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan nya saat waktu itu.

Kami kembali membisu, tapi tak lama setelah itu dia bertanya "gak apa apa ndah?"
Aku menjawab dengan gugup. Ku rasa dia mengerti dengan ekspresi ku.
Tapi apa yang kulihat?  Dia tersenyum kemudian berbicara selancar lancar nya tentang berbagai hal diluar kejadian buruk tadi.
Aku berpikir apakah dia berkepribadian ganda?

Tapi tak banyak memikirkan hal itu,  aku berpikir Rumintang tak seperti yang ku kira. Bahkan dia lebih cerewet dari ku sendiri. Terkadang manusia memiliki mainset yang sudah tersistem secara otomatis tapi belum tau kebenaran nya. Itulah yang ku alami,  aku sudah berpikir bagaimana karakter Rumintang tanpa ingin mengenal nya lebih jauh.
Karena kejadian memalukan yang telah kuperbuat terhadap diri ku sendiri membuat ku ingin mengenal Rumintang lebih jauh.